Berbicara tentang seni kerajinan khususnya anyaman,Bima memiliki
banyak potensi. Berbagai keperluan dan perkakas rumah tangga sebenarnya
sudah banyak dikreasi oleh nenek moyang suku Bima-Dompu.
Salah satu
bahan baku yang digunakan adalah daun lontar. Pohon Lontar sejenis Palma
yang banyak tumbuh di Bima dan Dompu. Selain dijadikan bahan baku rokok
tradisional Mbojo yang dikenal dengan “Rongko ro’o ta’a” (Rokok daun
lontar), sangat digemari oleh masyarakat Mbojo (Bima-Dompu). Hasil lain
dari Pohon Lontar adalah “Oi Tua” (Air Tuak). Berikut beberapa kreasi
dari nenek moyang masyarakat Bima dari daun lontar yang mulai jarang
ditemukan dipasar-pasar Bima maupun dijajakan langsung oleh para
pembuatnya.
Dari bahan baku Ro’o Ta’a dapat dibuat berbagai jenis barang antara lain :
Alat kelengkapan Upacara Tuha Ro Lanti (Penobatan dan Pelantikan) Sultan.
a. Paju Ro’o Ta’a (Payung Daun Lontar)
Payung kebesaran Sultan Bima, yang akan diserahkan setelah beliau di
Tuha Ro Lanti (dinobat dan dilantik) menjadi Sultan. Dihiasi dengan
asesoris dari emas dan perak. Sebagai simbol Sultan harus berperan
sebagai payung melindungi dan menaungi Rakyat dan Negeri. Dengan kata
lain Sultan berperan sebagai “Hawo Ro Ninu” (Pengayom dan Pelindung)
Rakyat dan Negeri.
b. Dipi Umpu
Dipi Umpu (Tikar Umpu) adalah tikar yang dianyam khusus untuk
dijadikan tempat duduk Sultan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Dibuat dari Daun Lontar yang bermutu dan dianyam oleh pengrajin “Ma Loa
Ro Tingi” (Terampil dan berjiwa seni).
Disetiap sudut dan pinggir Dipi Umpu, dilapisi dengan Kain Satin
berwarna coklat atau merah hati disulam dengan benang emas dan perak
dengan motif Bunga Samobo (Bunga Sekuntum) dan Bunga Satako (Bunga
Setangkai).
Di Kesultanan Bima dan Dompu tidak dikenal tahta (Kursi Kerajaan Atau
Kesultanan) seperti di Kerajaan dan Kesultanan lain. Para Sultan duduk
bersila diatas hamparan Dipi Umpu.
c. Tonggo (tudung saji)
Tonggo yaitu Tudung saji dibuat dari anyaman daun lontar, yang
berfungsi untuk menutup jenis-jenis makanan yang akan disajikan dalam
upacara adat seperti upacara pernikahan, khataman dan khitanan.
Pada pinggir Tonggo diberi hiasan dengan sulaman kain satin
berwarna-warni, dengan motif Bunga Samobo (bunga sekuntum), Bunga Satako
(bunga setangkai) dan Pado Waji (jajaran genjang).
Khusus Tonggo untuk Sultan, dipinggirnya dihiasi dengan perak asli, dengan motif Bunga Samobo, Bunga Satako dan Pado Waji.
d. Padingi
Bentuknya tidak jauh berbeda dengan Tonggo, tetapi ukurannya lebih
besar dibanding Tonggo. Guna dan fungsinya sama, yaitu untuk menutup
segala jenis makanan yang dihidangkan dalam upacara adat. Ragam hias dan
motifnya sama dengan Tonggo.
Pada umuimnya Tonggo dan Padingi yang bermutu dibuat oleh pengrajin
dari Desa Dore Kecamatan palibelo Kabupaten Bima, termasuk Tonggo dan
Padingi untuk Istana.
Alat Untuk Dipergunakan Sehari-Hari.
a. Dipi (Tikar)
Untuk alas tempat tidur, dan alas lantai tempat duduk para tamu.
Dianyam dari daun lontar yang dibelah menjadi lembaran kecil seperti
garis. Bentuknya halus dan apik. Berbeda dengan tikar dari daun pandan
yang anyamannya kurang halus.
Pada umumnya Dipi Ro’o Ta’a dibuat oleh para pengrajin anyaman dari Sape.
b. Kula
Wadah untuk menyimpan berbagai jenis barang kebutuhan sehari-hari. Fungsinya bermacam-macam.
a). Kula Lo’i (Kula Obat)
Kula tempat menyimpan segala jenis ramuan obat tradisional, pada
umunya berbentuk segi empat yang dibagi dalam beberapa kotak kecil.
b). Kula Mama
Kula untuk menyimpan sirih, pinang dan kapur sirih.
c). Kula Bongi (Kula Beras)
Kula untuk menyimpan beras.
c. Sarau Ro’o Ta’a
Sarau yaitu topi tradisional Mbojo, selain dibuat dari anyaman
lontar, ada pula jenis sarau yang dibuat dari anyaman bambu. Sarau Ro’o
Ta’a hanya dikenal di desa Ncera dan sekitar (Kecamatan Belo).
Kini seiring perkembangan zaman dan animo masyarakat yang seba
praktis terhadap perkakas rumah tangga dan upacara, kebutuhan akan
anyaman daun lontar ini sudah mulai berkurang. Ini lah yang menjadi
factor penyebab kelangkaan produksi alat-alat atau anyaman ini. Perlu
ada solusi untuk menggairahkan kembali anyaman dan kerajinan ini agar
tetap eksis sebagai ajang promosi wisata dan pewarisan nilai-nilai
budaya.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Kamis, 28 Juni 2012
0 Kerajinan Masyarakat Bima Yang Mulai Langka
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
23.08
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar