Di era tahun 70 an permainan rakyat ini masih dijumpai di
kampung-kampung di wilayah Bima-Dompu. Dulu permainan ini biasa
dimainkan oleh anak-anak mengisi waktu senggang atau saat-saat libur.
Namun saat ini Tutu Kalikuma tinggal kenangan dan sangat jarang
anak-anak Bima-Dompu yang memainkannya. Nama permainan ini diangkat dari
nama judul lagu pengiring Mpa’a Tutu Kalikuma. Sejenis binatang laut
yang rumahnya seperti keong. Permainan ini diberi nama Tutu Kalikuma
karena kepalan tangan anak-anak (pemain) tersusun seperti Keong.
Tutu Kalikuma dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia sekitar 6-12
tahun. Setiap pemain harus sudah hafal lagu dan dialog. Pada awal
permainan, anak-anak duduk bersila, telapak tangan digenggam dengan
posisi tersusun tegak lurus. Seorang pemimpin bernyanyi sambil memukul
tumpukan kepalan tangan temannya. Pada setiap akhir lagu, genggaman yang
dibawah dibuka. Bersamaan dengan itu terjadi dialog antara pemimpin
dengan pemain dalam bentuk tanya jawab.
Selama permainan, anak-anak melantunkan lagu Tutu Kalikuma dengan syair sebagai berikut:
Tutu Kalikuma ma
Sa anggo ngo
Wai lele le
La jami mpako
Kadui ma mpiki
La hasa nggero
Ma doho di nggaro
Kapela sara goa gopa
Ina na’e gepu
Liki ka nggoi
Ese fiko nahu
Wio wao
Salaja wau
Kido kado
Salaja kodo
Kini Tutu Kalikuma sudah ditinggalkan oleh para pendukungnya. Sejak
berabad-abad lamanya permainan ini digemari dan digeluti masyarakat
Bima. Apakah ini kesalahan proses regenerasi atau kah memang pengaruh
permainan modern dan import yang gencar merambah ruang kehidupan
anak-anak zaman sekarang ? Satu hal yang pasti, perlu upaya pelestarian
melalui pendidikan, apalagi ada mata pelajaran MULOK di sekolah-sekolah.
Ayo, siapa yang peduli melestarikan ini mari kita menuangkan ide dan
gagasan….!
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Kamis, 28 Juni 2012
0 Permainan “ Tutu Kalikuma “
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
23.01
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar