Hallo,, selamat datang di blog ku,, jangan lupa di follow yah,, tinggalin komentarnya juga,,

Kamis, 28 Juni 2012

0 Kerajinan Gerabah Bima

     Dalam bahasa Bima kerajinan gerabah dikenal dengan istilah “Ngodu”, yaitu kerajinan membuat alat-alat rumah tangga dari “Dana Lili” (tanah liat). Salah satu desa yang merupakan pusat kerajinan gerabah di daerah Bima dan Dompu adalah Desa Rabangodu. Mayoritas kaum wanitanya memiliki ketrampilan di dalam kerajinan gerabah. Sebab itu desa mereka dinamakan “Desa Rabangodu”.


     Gerabah dari Desa Rabangodu, bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat Mbojo (Bima-Dompu), tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat di Kabupaten Sumbawa dan didaerah Manggarai (Flores Barat) dan Sumba Barat (Pulau Sumba). Pada umumnya masyarakat di daerah itu mempergunakan Roa (Periuk), Tabe (Kuali), Katoa (Belanga) dan lain-lain dari Desa Rabangodu Kecamatan Rasanae Kabupaten Bima.

     Sekitar tahun 1970 an, para pengrajin gerabah di Desa Rabangodu menghadapi berbagai masalah. Salah satu masalah yang dihadapi adalah bahan baku. Pada masa sebelumnya “Dana Lili” bahan baku mudah diperoleh. lahan kosong dan tegalan sekitar desa cukup menyediakan Dana Lili untuk bahan baku. Mulai tahun 1970 an, lahan kosong dan tegalan sekitar desa, beralih fungsi sebagi lokasi pemukiman, pusat perkantoran dan kompleks perumahan.

     Sejak saat itu para pengrajin sulit mencari bahan baku. Banyak diantara mereka yang meninggalkan profesi sebagai pengrajin gerabah. Guna melanjutkan  kegiatan sebagai pengrajin gerabah, banyak diantaranya yang pindah ke desa-desa lain di wilayah Kabupaten Bima dan Dompu.

     Di desa pemukiman baru mereka meneruskan profesi sebagai pengrajin gerabah. Di desa-desa baru itu, persediaan bahan baku masih banyak tersedia. Daerah baru yang menjadi pusat kerajinan gerabah antara lain Desa Waduwani (Kecamatan Woha) dan beberapa desa di wilayah Kabupaten Dompu.

A.    Bahan Baku Dan Alat-Alat Yang Dipergunakan

1.        Bahan Baku
     Sejenis tanah liat yang oleh masyarakat disebut Dana Lili dan Sarae Alu (pasir halus). Tanah liat digali di lahan sekitar desa, pasir diambil disungai yang letaknya tidak jauh dari desa pengrajin.
Tanah liat dijemur dalam waktu 2 hari, kemudian direndam selama satu malam (+/- 12 jam). Setelah itu dicampur dengan pasir halus. Tanah yang sudah bercampur pasir dipindahkan  dipindahkan diatas hamparan kapa jara (kulit kuda). Selanjutnya diayak, sampai pasir menyatu dengan tanah dalam keadaan lembut.

2.        Alat-Alat Yang Dipergunakan
     Alat-alat yang dipergunakan sangat bersahaja atau sederhana. Pada umunya alat-alat itu, buatan para pengrajin sendiri, atau benda-benda yang diambil disekitar lingkungannya.

Jenis-jenis peralatan yang dipergunakan oleh para pengrajin gerabah. Terdiri dari :
a.       Katoa (Belanga) dari Gerabah.
     Dipergunakan sebagai tempat air untuk membasahi sobekan kain (tembe) atau kadang-kadang tempat membasahi jari-jari yang dipergunakan dalam membentuk wadah.
b.      Bebe
     Untuk memukul atau menepuk gerabah agar menjadi padat dan kental.
c.       Wadu (Batu)
     Dipergunakan untuk membuat Periuk, Tempayan, Padasan dan sejenisnya. Fungsinya untuk landasan penutupan dinding gerabah dari dalam.
d.      Binggi Mbolo
     Berfungsi sebagai pola gerabah yang akan dibuat.
e.       Tebe Si’si (Uma Roa)
     Kain pembasah terbuat dari sobekan kain, disebut Tembe Si’i (Uma Roa). Dipergunakan untuk membasahi tepi gerabah. Cara pemakaiannya, sobekan kain dicelupkan ke dalam air dan dioles pada dinding gerabah yang sedang dibentuk agar bahan yang ditambahkan menyatu dengan dinding gerabah.
f.        Duncu
     Berfungsi sebagai pisau potong untuk mengiris benjolan-benjolan pada permukaan gerabah agar menjadi rata.

B.     Jenis Dan Fungsi  Gerabah

1.      Roa (Periuk)
     Roa (Periuk) memiliki bentuk yang beragam disesuaikan dengan fungsinya.

Jenis Roa antara lain :
a.      Roa Oha (Periuk Nasi)
     Yaitu periuk khusus untuk memasak nasi. Tidak boleh dipergunakan untuk memasak jenis makanan lain. Ukurannya tergantung dari jumlah anggota keluarga. Kalau anggota keluarga dalam satu rumah tangga jumlah banyak, maka ukuran Roa Oha berukuran besar.
b.      Roa Uta Mbeca (Periuk Sayur)
     Periuk khusus untuk memasak sayur.
c.       Roa Utu (Periuk Ikan)
     Periuk untuk memasak ikan.
d.      Roa Panombo
     Periuk khusus untuk menyimpan air minum agar terasa dingin dan segar.
e.       Roa Ncu’u (Periuk Usung)
     Yaitu periuk yang dipergunakan oleh kaum wanita untuk mengambil air minum di sumur. Periuk berisi air itu diusung atau dijunjung diatas kepala. Karena itu disebut “Roa Ncu’u”.
f.        Roa Bou (Periuk Baru)
     Yaitu periuk berukuran kecil untuk menyimpan air dingin bercampur Bunga Kenanga, Cempaka, Melati dan Pandan Wangi yang akan dipergunakan dalam Upacara Boho Oi Ndeu (Menyiram Air Mandi) bagi calon pengantin.

2.      Tabe (Kuali)
Terdiri dari:
a.      Tabe Uta Mbeca (kuali untuk sayur)
b.      Tabe Kahawa (kuali untuk menggoreng kopi)
3.      Tune atau Moja (Tempayan)
Untuk menyimpan persediaan air minum dalam jumlah yang banyak.
4.      Padasa (Pedasan)
untuk disimpan dekat tangga depan rumah, untuk menyimpan air wudhu.
5.      Gandi (Kendi)
Untuk menyimpan air minum atau untuk menyimpan air untuk berwudhu.
6.      Tuwu Bongi
Tempat atau wadah untuk menyimpan cadangan beras kebutuhan sehari-hari.
7.      Karaku
Sejenis mangkok untuk menyimpan nasi atau sayur.
8.      Katoa (Belanga)
a.     Katoa Cedo, Katoa (Belanga) untuk menyimpan sendok.
b.     Katoa Ndeu, untuk menyimpan air mandi.
c.     Katoa Ncana (Katoa Besar), katoa ukuran besar, untuk memasak daging untuk upacara selamatan atau doa.
9.      Cobe
Untuk membuat segala jenis bumbu masakan.

Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar