Dalam bahasa Bima kerajinan gerabah dikenal dengan istilah “Ngodu”,
yaitu kerajinan membuat alat-alat rumah tangga dari “Dana Lili” (tanah
liat). Salah satu desa yang merupakan pusat kerajinan gerabah di daerah
Bima dan Dompu adalah Desa Rabangodu. Mayoritas kaum wanitanya memiliki
ketrampilan di dalam kerajinan gerabah. Sebab itu desa mereka dinamakan
“Desa Rabangodu”.
Gerabah dari Desa Rabangodu, bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat
Mbojo (Bima-Dompu), tetapi juga dibutuhkan oleh masyarakat di Kabupaten
Sumbawa dan didaerah Manggarai (Flores Barat) dan Sumba Barat (Pulau
Sumba). Pada umumnya masyarakat di daerah itu mempergunakan Roa
(Periuk), Tabe (Kuali), Katoa (Belanga) dan lain-lain dari Desa
Rabangodu Kecamatan Rasanae Kabupaten Bima.
Sekitar tahun 1970 an, para pengrajin gerabah di Desa Rabangodu
menghadapi berbagai masalah. Salah satu masalah yang dihadapi adalah
bahan baku. Pada masa sebelumnya “Dana Lili” bahan baku mudah diperoleh.
lahan kosong dan tegalan sekitar desa cukup menyediakan Dana Lili untuk
bahan baku. Mulai tahun 1970 an, lahan kosong dan tegalan sekitar desa,
beralih fungsi sebagi lokasi pemukiman, pusat perkantoran dan kompleks
perumahan.
Sejak saat itu para pengrajin sulit mencari bahan baku. Banyak
diantara mereka yang meninggalkan profesi sebagai pengrajin gerabah.
Guna melanjutkan kegiatan sebagai pengrajin gerabah, banyak diantaranya
yang pindah ke desa-desa lain di wilayah Kabupaten Bima dan Dompu.
Di desa pemukiman baru mereka meneruskan profesi sebagai pengrajin
gerabah. Di desa-desa baru itu, persediaan bahan baku masih banyak
tersedia. Daerah baru yang menjadi pusat kerajinan gerabah antara lain
Desa Waduwani (Kecamatan Woha) dan beberapa desa di wilayah Kabupaten
Dompu.
A. Bahan Baku Dan Alat-Alat Yang Dipergunakan
1. Bahan Baku
Sejenis tanah liat yang oleh masyarakat disebut Dana Lili dan Sarae
Alu (pasir halus). Tanah liat digali di lahan sekitar desa, pasir
diambil disungai yang letaknya tidak jauh dari desa pengrajin.
Tanah liat dijemur dalam waktu 2 hari, kemudian direndam selama satu
malam (+/- 12 jam). Setelah itu dicampur dengan pasir halus. Tanah yang
sudah bercampur pasir dipindahkan dipindahkan diatas hamparan kapa jara
(kulit kuda). Selanjutnya diayak, sampai pasir menyatu dengan tanah
dalam keadaan lembut.
2. Alat-Alat Yang Dipergunakan
Alat-alat yang dipergunakan sangat bersahaja atau sederhana. Pada
umunya alat-alat itu, buatan para pengrajin sendiri, atau benda-benda
yang diambil disekitar lingkungannya.
Jenis-jenis peralatan yang dipergunakan oleh para pengrajin gerabah. Terdiri dari :
a. Katoa (Belanga) dari Gerabah.
Dipergunakan sebagai tempat air untuk membasahi sobekan kain (tembe)
atau kadang-kadang tempat membasahi jari-jari yang dipergunakan dalam
membentuk wadah.
b. Bebe
Untuk memukul atau menepuk gerabah agar menjadi padat dan kental.
c. Wadu (Batu)
Dipergunakan untuk membuat Periuk, Tempayan, Padasan dan sejenisnya.
Fungsinya untuk landasan penutupan dinding gerabah dari dalam.
d. Binggi Mbolo
Berfungsi sebagai pola gerabah yang akan dibuat.
e. Tebe Si’si (Uma Roa)
Kain pembasah terbuat dari sobekan kain, disebut Tembe Si’i (Uma
Roa). Dipergunakan untuk membasahi tepi gerabah. Cara pemakaiannya,
sobekan kain dicelupkan ke dalam air dan dioles pada dinding gerabah
yang sedang dibentuk agar bahan yang ditambahkan menyatu dengan dinding
gerabah.
f. Duncu
Berfungsi sebagai pisau potong untuk mengiris benjolan-benjolan pada permukaan gerabah agar menjadi rata.
B. Jenis Dan Fungsi Gerabah
1. Roa (Periuk)
Roa (Periuk) memiliki bentuk yang beragam disesuaikan dengan fungsinya.
Jenis Roa antara lain :
a. Roa Oha (Periuk Nasi)
Yaitu periuk khusus untuk memasak nasi. Tidak boleh dipergunakan
untuk memasak jenis makanan lain. Ukurannya tergantung dari jumlah
anggota keluarga. Kalau anggota keluarga dalam satu rumah tangga jumlah
banyak, maka ukuran Roa Oha berukuran besar.
b. Roa Uta Mbeca (Periuk Sayur)
Periuk khusus untuk memasak sayur.
c. Roa Utu (Periuk Ikan)
Periuk untuk memasak ikan.
d. Roa Panombo
Periuk khusus untuk menyimpan air minum agar terasa dingin dan segar.
e. Roa Ncu’u (Periuk Usung)
Yaitu periuk yang dipergunakan oleh kaum wanita untuk mengambil air
minum di sumur. Periuk berisi air itu diusung atau dijunjung diatas
kepala. Karena itu disebut “Roa Ncu’u”.
f. Roa Bou (Periuk Baru)
Yaitu periuk berukuran kecil untuk menyimpan air dingin bercampur
Bunga Kenanga, Cempaka, Melati dan Pandan Wangi yang akan dipergunakan
dalam Upacara Boho Oi Ndeu (Menyiram Air Mandi) bagi calon pengantin.
2. Tabe (Kuali)
Terdiri dari:
a. Tabe Uta Mbeca (kuali untuk sayur)
b. Tabe Kahawa (kuali untuk menggoreng kopi)
3. Tune atau Moja (Tempayan)
Untuk menyimpan persediaan air minum dalam jumlah yang banyak.
4. Padasa (Pedasan)
untuk disimpan dekat tangga depan rumah, untuk menyimpan air wudhu.
5. Gandi (Kendi)
Untuk menyimpan air minum atau untuk menyimpan air untuk berwudhu.
6. Tuwu Bongi
Tempat atau wadah untuk menyimpan cadangan beras kebutuhan sehari-hari.
7. Karaku
Sejenis mangkok untuk menyimpan nasi atau sayur.
8. Katoa (Belanga)
a. Katoa Cedo, Katoa (Belanga) untuk menyimpan sendok.
b. Katoa Ndeu, untuk menyimpan air mandi.
c. Katoa Ncana (Katoa Besar), katoa ukuran besar, untuk memasak daging untuk upacara selamatan atau doa.
9. Cobe
Untuk membuat segala jenis bumbu masakan.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Kamis, 28 Juni 2012
0 Kerajinan Gerabah Bima
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
22.54
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar