Dalam Bahasa Bima, Mbaju berarti menumbuk padi. Sedangkan Rasa
berarti kampung. Hal ini berarti bahwa kegiatan Mbaju Rasa adalah
prosesi menumbuk padi secara massal yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya kaum perempuan Dana Mbojo pada masa lalu. Tradisi ini
diperkirakan sudah ada sejak masyarakat Bima-Dompu mengenal cara
bercocok tanam dengan sistim pertanian menetap, yaitu tepatnya pada era
Ncuhi, dimana pada masa ini sudah ada sistim paguyuban masyarakat yang
dipimpin para Ncuhi. Masa Ncuhi itu sendiri berlangsung jauh sebelum
Bima memasuki masa kerajaan pada sekitar abad 14 M.
Pada Masa Lalu, tradisi Mbaju Rasa dilakukan usai panen padi atau menjelang hajatan-hajatan
di masyarakat seperti pernikahan, khitanan, khatam Alqur’an dan
lain-lain kegiatan di kampung. Dilandasi semangat kebersamaan dan gotong
royong, Mbaju Rasa dilakukan pada suatu tempat yang telah ditentukan
dengan cara, kaum ibu membawa padi dari lumbung masing-masing diserta
Alu dalam bahasa Bima dikenal dengan Aru. Sedangkan beberapa lesung
sudah dipersiapkan oleh kaum laki-laki di tempat yang menjadi arena
Mbaju Rasa.
Dengan membawa beberapa ikat padi dan palawija lainnya ke arena Mbaju
Rasa adalah bentuk sumbangan dan bantuan dari warga untuk warga yang
berhajat. Ini adalah bentuk partisipasi spontan yang dilakukan
masyarakat untuk membantu sesama dan meringankan beban keluarga yang
berhajat. Dengan penuh canda, kaum perempuan menumbuk padi sehingga
melahirkan irama khas music perkusi alami yang terdengar hingga ke
kampung seberang. Kadang alunan suara alu, antan dan lesung ini diiringi
dengan lagu-lagu dengan syair dan pantun yang penuh petuah.
Tradisi ini terus bertahan hingga Bima memasuki masa kesultanan pada
abad 17 M, tradisi Mbaju Rasa pun berkembang tidak hanya untuk membantu
keluarga atau kerabat yang berhajat, tetapi Mbaju Rasa juga dilakukan
untuk membangun Masjid dan Mushalla. Beras yang dihasilkan melalui Mbaju
Rasa dikumpulkan untuk membiayai pembangunan sarana ibadah maupun
sarana pendidikan.
Kini,
seiring perubahan zaman, tradisi Mbaju Rasa sudah tidak dilaksanakan
lagi. Perlu ada sebuah kebijakan untuk melestarikan tradisi positif
warisan leluhur masyarakat Bima ini dalam konteks kekinian baik sebagai
ajang wisata budaya maupun membangkitkan semangat masyarakat untuk
bergotong royong seperti yang dilakukan masyarakat Desa Monggo kecamatan
Madapangga Kabupaten Bima di pertengahan April 2011. Kaum ibu
melaksanakan tradisi Mbaju Rasa untuk membantu biaya pembangunan masjid
di desa setempat.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Sabtu, 30 Juni 2012
0 Tradisi “ Mbaju Rasa “
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
09.58
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar