Masa kesultanan Bima telah berlangsung lebih dari tiga abad. Pada
masa itu perkembangan Islam cukup pesat. Pendidikan Islam dan Alqur’an
diberlakukan merata ke seluruh negeri yang dimulai dari pelataran Istana
hingga ke pelosok dusun dan desa. Lantunan Ayat-ayat suci Alqur’an
terdengar dari sudut-sudut kampung, di surau dan masjid-masjid terutama
ba’da magrib sambil menanti masuknya waktu shalat Isya.
Memasuki abad ke- 17 Dan 18 bisa dikatakan sebagai masa-masa
keemasan peradaban Islam di Dana Mbojo. Guru-guru dan Ulama didatangkan
dari Sulawesi dan Sumatra. Merekalah yang kemudian dikenal di Dana Mbojo
sebagai orang-orang Melayu. Pada perkembangan selanjutnya, para guru
dan ulama itu menikah dengan gadis-gadis Mbojo dan beranak keturunan di
Bumi Maja Labo Dahu ini.
Sebagai ungkapan terima kasih Sultan Bima kepada para guru dan ulama
itu, diberikanlah tanah sawah dan ladang untuk mereka garap yang
berloasi di sebelah utara Istana Bima. Tanah-tanah tersebut sebenarnya
cukup subur dan menjanjikan harapan. Namun para guru dan ulama itu
menolak tanah sawah tersebut dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki
kemampuan dan bakat untuk bercocok tanam. Mereka lebih suka untuk
berdagang, menjadi saudagar dan melaut sambil berdakwah. Akhirnya
mereka mengembalikan secara baik-baik sawah tersebut. Sultan Bima tidak
tersinggung dengan pengembalian itu. Sultan menyadari dan memahami bahwa
memang panggilan hidup mereka adalah sebagai pedagang dan mubalig.
Akhirnya sawah yang dikembalikan itu lama kelamaan menjadi
perkampungan yang bernama TOLO BALI. Tolo berarti Sawah. Bali berarti
dikembalikan. Jadi Tolo Bali itu adalah Sawah yang dikembalikan.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Kamis, 28 Juni 2012
0 Asal Mula Kampung Tolo Bali
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
03.50
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar