Tenun
Ikat Bima pernah dikenakan oleh Kepala-Kepala Negara pada Pertemuan
APEC di Bali beberapa Tahun Lalu. Termasuk dikenakan oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menyampaikan Visi Misinya sebagai
Calon Presiden di hadapan Anggota KADIN pada Pemilu Pilpres Tahun 2009.
Hal ini tentunya menjadi sebuah kebanggan bahwa daerah kecil di ujung
timur NTB ini memiliki segudang potensi alam dan budaya yang perlu
dikembangkan.
Secara umum busana atau pakaian adat Bima hampir sama dengan Sulawesi
Selatan. Hal itu diperkuat dengan ikatan sejarah bahwa Bima dengan
Makasar, Gowa, Bone dan Tallo itu memiliki hubungan dan ikatan
kekeluargaan serta kekerabatan. Proses pembauran dan asimilasi budaya
itu telah berlangsung lama dan mempengaruhi juga cara berbusana dan
motif busana yang dikenakan. Meskipun ada beberapa perbedaan antara
busana adat Bima dengan Sulawesi Selatan.
Warna yang menonjol dalam pakaian adat Bima antara lain hitam, biru
tua, coklat, merah dan kemerah-merahan serta putih. Untuk pakaian wanita
memakai kain sarung kotak-kotak yang dikenal dengan sebutan Tembe
Lombo. Disamping pakaian sehari-hari pakaian adat juga diatur oleh pihak
Kesultanan. Yang diatur oleh Majelis Adat yang disebut KANI SARA.
Prosedur dan Tata Cara pemakaiannya pun telah diatur dalam ketetapan
Hadat.
Menurut Muslimin Hamzah ada empat golongan pakaian adat sehari-hari
masyarakat Bima. Pertama, pakaian yang digunakan secara umum sebagai
pakaian harian atau pakaian untuk acara resmi. Kedua, pakaian Dinas Para
Pejabat Kesultanan. Ketiga, Pakaian Pengantin, baik yang dipakai oleh
golongan bangsawan, golongan menengah, maupun golongan masyarakat umum
termasuk pakaian untuk khitanan. Keempat, Pakaian Penari.
Dalam kehidupan sehari-hari orang Bima mempunyai pakaian sendiri.
Khusus untuk wanita meliputi Baju Poro. Baju ini terbuat dari kain yang
agak tipis tetapi tidak tembus pandang. Umumnya berwarna biru tua,
hitam, coklat tua dan ungu. Bagi gadis-gadis Bima biasanya memakai warna
ungu atau coklat tua. Para wanita pun memakai aneka perhiasan seperti
gelang, anting dan lain-lain. Namun terlarang untuk memakai secara
berlebihan.
Kaum Pria mempunyai pakaian sehari-hari yang khas. Yang lazim adalah
Sambolo atau Ikat Kepala. Umumnya bercorak kotak-kotak dan dihiasi
tenunan benang perak/emas. Terkadang lelaki memakai baju kemeja atau
baju lengan pendek atau jas tutup dengan warna putih atau hitam atau
warna cerah lainnya. Untuk sarung biasanya memakai sarung pelekat yang
dikenal dengan nama Tembe Kota Bali Mpida yang bercorak Kotak-kotak atau
memaki Tembe Nggoli yang pemakaiannya agak panjang atau terjurai pada
bagian depannya.
Untuk hiasan kaum pria memakai Salampe, sejenis dodot yang dililitkan
dipinggang. Biasanya salampe berwarna dasar kuning, merah, hijau dan
putih. Bagi orang dewasa biasanya menyelipkan pisau pada lilitan
Salampe. Letaknya agak ke kiri pusar, sedangkan hulunya agak terjurai ke
kanan. Pakaian dan busana adat Bima sangat banyak. Ini adalah kekayaan
dan kearifan masa silam yang seharusnya dipertahankan dari terpaan
arus globalisasi saat ini. Hanya beberapa saja yang masih dapat dilihat
dan diperagakan hingga saat ini. Perlu ada upaya serius untuk
melestarikan dengan berbagai kebijakan Pemerintah Daerah agar pakaian
adapt ini tidak punah ditelan arus zaman. Perlu ad aide kreatif untuk
mempertahankannya misalanya dengan menggelar Show Busana Adat Bima atau
menetapkan dalam Peraturan Daerah tentang pelestarian Pakaian Adat
Bima.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Sabtu, 30 Juni 2012
0 Busana Adat Bima Yang Anggun
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
20.40
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar