Hallo,, selamat datang di blog ku,, jangan lupa di follow yah,, tinggalin komentarnya juga,,

Kamis, 28 Juni 2012

0 ‘KALILA’ Berkeliaran Di Kota Bima

     Mungkin diantara pembaca sekalian, sebutan ‘Kalila’ sudah tidak asing lagi ditelinga, semenjak kita masih kanak – kanak. ‘Kalila’ sering  disebut-sebut oleh orang tua kita dulu, ketika kita bermain dipinggir jalan atau tempat yang jauh dari keramaian.


     Ilustrasi ‘Kalila’ pada waktu kita kecil identik dengan perampok dan penculik. Dalam kegiatanya selalu menggunakan mobil Box maupun dump truk. Orang atau anak – anak yang diculik oleh ‘Kalila’ sering diceritakan sebagai sasembahan atau persembahan untuk pembangunan – pembangunan jembatan, Dam, Bendungan maupun mega proyek lainya pada masa itu.

     ‘Kalila’ sebenarnya secara historis adalah sekelompok orang – orang yang diangkat oleh Raja atau Sultan pada masanya sebagai pengawal pribadi atau biasa disebut ‘algojo’. ‘Kalila’ adalah sekelompok orang – orang yang tidak memiliki kantor atau markas tetap dan tidak masuk dalam system kerajaan maupun kesultanan. Namun bila Raja atau Sultan membutuhkan, mereka selalu siap. ‘Kalila’ sebuah Laskar khusus kerajaan, sejenis intelijen atau mata – mata dan menerima perintah serta melaporkan langsung kepada Raja atau Sultan.

     ‘Kalila’ memiliki garis komando langsung dengan Raja atau Sultan. Tetapi tidak ada sejarah yang jelas terkait ‘Kalila’. Namun dalam buku ‘BO Sangaji Kai’ karya Hj Siti Mariam serta Chambert Loird, kata ‘ Kalila’ disebut tiga kali pada halaman dan BAB yang berbeda. ‘Kalila’ disegani dan ditakuti oleh banyak kalangan karena memiliki hak yang syah untuk menculik dan membunuh. Mereka (Kalila) pun bekerja secara diam – diam dan tidak diketahui oleh orang banyak.

     Setelah perubahan status dari Pemerintahan Kesultanan ke pemerintahan Swapraja (Daerah Tingkat II), ‘Kalila’ sempat hilang begitu saja dari edaran. Namun beberapa pihak masih menjadikan ‘Kalila’ sebagai momok untuk menakuti warga dan anak – anak. Setidaknya agar masyarakat umum tidak mendekati mobil proyek maupun lokasi proyek yang sedang dikerjakan. Namun kini nampaknya ‘Kalila’ kembali berkeliaran dengan nama lain, tentunya dengan model dan cara kerja yang berbeda pula. Tetapi model dan system yang dipakai masih sama, mulai dari perekrutan hingga kedekatan dengan penguasa serta garis komando yang dipegang.

     ‘Kalila’ yang sekarang lebih canggih dan lebih luas pola mainanya. Tidak lagi dilakukan dengan diam – diam atau dengan segala kerahasiaan identitas. Mereka (‘Kalila’ Medern) menjadi bumper langsung ‘Penguasa Tunggal Daerah’. Masih sama dengan ‘Kalila’ lama, dalam bekerja, mereka tidak memiliki markas atau kantor tetap. Juga mereka tidak memiliki waktu yang mengikat, yang pasti mereka siap setiap saat bila dibutuhkan oleh pimpinan (Sang Penguasa) mereka. Dan yang jelas mereka tidak menerima gaji seperti halnya pegawai lain. Mereka (‘Kalila’) hanya menerima upah atau Bonus dari sang pimpinan. Besarnya Bonus pun tergantung dari ‘kantung penguasa’.

     Keberadaan mereka (‘Kalila’) di Kota Bima diamati lumayan banyak. Berada disetiap pojok ketika ‘Sang Penguasa Daerah’ sebagai pimpinan melakukan kunjungan atau menghadiri undangan. Mereka ada ketika rakyat atau sekelompok masyarakat melakukan aksi demonstrasi. Mereka ada ketika terjadi upaya kudeta secara langsung maupun tidak langsung atas pimpinan mereka. Mereka ada untuk menerima perintah apa saja yang diperintahkan oleh pimpinan mereka, termasuk ‘menghabisi’ sekalipun, meski nuraninya berkata lain.

      Itulah ‘Kalila’ antara ada dan tiada. Mereka berkeliaran demi prestise, ego dan ‘atas nama’. Mereka bekerja sebagai pengobat rasa ‘kasimpa’, Dan yang pasti demi sang penguasa. Apakah disekitar lingkungan anda ada ‘Kalila’? cermati baik – baik, bila ada, berhati – hatilah dalam karier jika anda pegawai daerah. Berhati – hatilah bila anda seorang pengusaha, akademis, ataupun masyarakat biasa karena anda sedang menjadi incaran. Namun bila tidak, berbahagia dan bersenanglah karena anda sedang tidak dimata – matai oleh ‘Sang Penguasa’.

Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar