Mungkin diantara pembaca sekalian, sebutan ‘Kalila’ sudah tidak asing
lagi ditelinga, semenjak kita masih kanak – kanak. ‘Kalila’ sering
disebut-sebut oleh orang tua kita dulu, ketika kita bermain dipinggir
jalan atau tempat yang jauh dari keramaian.
Ilustrasi ‘Kalila’ pada waktu kita kecil identik dengan perampok dan
penculik. Dalam kegiatanya selalu menggunakan mobil Box maupun dump truk.
Orang atau anak – anak yang diculik oleh ‘Kalila’ sering diceritakan
sebagai sasembahan atau persembahan untuk pembangunan – pembangunan
jembatan, Dam, Bendungan maupun mega proyek lainya pada masa itu.
‘Kalila’ sebenarnya secara historis adalah sekelompok orang – orang
yang diangkat oleh Raja atau Sultan pada masanya sebagai pengawal
pribadi atau biasa disebut ‘algojo’. ‘Kalila’ adalah sekelompok orang –
orang yang tidak memiliki kantor atau markas tetap dan tidak masuk dalam
system kerajaan maupun kesultanan. Namun bila Raja atau Sultan
membutuhkan, mereka selalu siap. ‘Kalila’ sebuah Laskar khusus kerajaan,
sejenis intelijen atau mata – mata dan menerima perintah serta
melaporkan langsung kepada Raja atau Sultan.
‘Kalila’ memiliki garis komando langsung dengan Raja atau Sultan.
Tetapi tidak ada sejarah yang jelas terkait ‘Kalila’. Namun dalam buku
‘BO Sangaji Kai’ karya Hj Siti Mariam serta Chambert Loird, kata ‘
Kalila’ disebut tiga kali pada halaman dan BAB yang berbeda. ‘Kalila’
disegani dan ditakuti oleh banyak kalangan karena memiliki hak yang syah
untuk menculik dan membunuh. Mereka (Kalila) pun bekerja secara diam –
diam dan tidak diketahui oleh orang banyak.
Setelah perubahan status dari Pemerintahan Kesultanan ke pemerintahan
Swapraja (Daerah Tingkat II), ‘Kalila’ sempat hilang begitu saja dari
edaran. Namun beberapa pihak masih menjadikan ‘Kalila’ sebagai momok
untuk menakuti warga dan anak – anak. Setidaknya agar masyarakat umum
tidak mendekati mobil proyek maupun lokasi proyek yang sedang
dikerjakan. Namun kini nampaknya ‘Kalila’ kembali berkeliaran dengan
nama lain, tentunya dengan model dan cara kerja yang berbeda pula.
Tetapi model dan system yang dipakai masih sama, mulai dari perekrutan
hingga kedekatan dengan penguasa serta garis komando yang dipegang.
‘Kalila’ yang sekarang lebih canggih dan lebih luas pola mainanya.
Tidak lagi dilakukan dengan diam – diam atau dengan segala kerahasiaan
identitas. Mereka (‘Kalila’ Medern) menjadi bumper langsung
‘Penguasa Tunggal Daerah’. Masih sama dengan ‘Kalila’ lama, dalam
bekerja, mereka tidak memiliki markas atau kantor tetap. Juga mereka
tidak memiliki waktu yang mengikat, yang pasti mereka siap setiap saat
bila dibutuhkan oleh pimpinan (Sang Penguasa) mereka. Dan yang jelas
mereka tidak menerima gaji seperti halnya pegawai lain. Mereka
(‘Kalila’) hanya menerima upah atau Bonus dari sang pimpinan. Besarnya
Bonus pun tergantung dari ‘kantung penguasa’.
Keberadaan mereka (‘Kalila’) di Kota Bima diamati lumayan banyak.
Berada disetiap pojok ketika ‘Sang Penguasa Daerah’ sebagai pimpinan
melakukan kunjungan atau menghadiri undangan. Mereka ada ketika rakyat
atau sekelompok masyarakat melakukan aksi demonstrasi. Mereka ada ketika
terjadi upaya kudeta secara langsung maupun tidak langsung atas
pimpinan mereka. Mereka ada untuk menerima perintah apa saja yang
diperintahkan oleh pimpinan mereka, termasuk ‘menghabisi’ sekalipun,
meski nuraninya berkata lain.
Itulah ‘Kalila’ antara ada dan tiada. Mereka berkeliaran demi
prestise, ego dan ‘atas nama’. Mereka bekerja sebagai pengobat rasa ‘kasimpa’,
Dan yang pasti demi sang penguasa. Apakah disekitar lingkungan anda ada
‘Kalila’? cermati baik – baik, bila ada, berhati – hatilah dalam karier
jika anda pegawai daerah. Berhati – hatilah bila anda seorang
pengusaha, akademis, ataupun masyarakat biasa karena anda sedang menjadi
incaran. Namun bila tidak, berbahagia dan bersenanglah karena anda
sedang tidak dimata – matai oleh ‘Sang Penguasa’.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Kamis, 28 Juni 2012
0 ‘KALILA’ Berkeliaran Di Kota Bima
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
22.18
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar