Dalam seni Tari Bima, semua jenis tari rakyat, disebut “mpa’a ari mai ba
asi” atau tari di luar pagar istana (ASI). Hal ini berarti bahwa
atraksi kesenian ini tumbuh dan berkembang di luar lingkungan istana,
yang lazim disebut dengan Tari Rakyat. Biarpun tari rakyat tumbuh dan
berkembang di luar istana, namun sultan melalui para seniman istana,
tetap mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tarian rakyat, dengan
demikian mutu tari tetap terpelihara dan terpacu pada nilai dan norma
agama dan adat yang islami.
Mpa’a Gantao adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak
zaman kesultanan Bima. Atraksi keseniaan ini diperkirakan ada sejak masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin( 1648-1685).Atraksi kesenian
ini cukup popular bagi masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih
tetap eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hajatan baik di
lingkup Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao
dipertunjukkan pada acara hajatan pernikahan maupun sunatan.
Mpa’a Gantao dimainkan oleh dua orang penari, ragam geraknya sama dengan
ragam gerak silat, tetapi dimainkan dalam irama gerak yang cepat,
begitu pula musik pengiringnya tidak jauh berbeda dengan irama musik
Mpa’a sila(Silat), hanya iramanya lebih cepat. Alat music pengiringnya
adalah dua buah gendang, Tawa-Tawa, Gong serta alunan Serunai Khas Mbojo
yang disebut “ Sarone”. Dalam satu group Gantao terdiri dari lima orang
pemain music dan 2 orang pemain Gantao.
Atraksi ini tergolong masih tetap eksis keberadaannya hingga saat ini.
Meskipun hanya beberapa sanggar seni saja yang tetap menekuninya.
Persoalan mendasar yang dihadapi para seniman adalah minimnya pembinaan
dan bantuan peralatan serta kostum. Disamping itu, proses regenerasinya
sangat lamban. Peniup Sarone saja semakin langka, aplagi penabuh
gendang. Diperlukan pembinaan dan proses regenerasi untuk mengajak para
pemuda bergelut di seni budaya tradisional Mbojo dalam rangka upaya
pelestariannya.
Di Ambil Dari :
http://bimaitumbojo.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar