Sambori merupakan salah satu dari lima desa di lereng gunung Lambitu
di sebelah tenggara kota Bima.Ada dua fersi tentang nama Sambori. Fersi
pertama mengemukakan asal mula kata Sambori adalah SAMBORE (Palu),
yang berarti adanya ketetapan hati dan keputusan untuk tetap tinggal di
lereng Lambitu dan tidak lagi berpindah-pindah. Hal itu didasari
kespekatan bersama dalam satu musyawarah sehingga jatuhlah Sambore(Palu)
kesepakatan itu. Fersi kedua, Sambori berasal dari kata SAMPORI yang
dalam bahasa Bima berarti melepaskan diri. Karena setelah membangun
pemukiman dan menemukan cara bercocok tanam yang menetap dengan kondisi
lereng Lambitu yang subur, mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari
komunitas lainnya.
Sebelum pemekaran kecamatan pada tahun 2006, Sambori dan sekitarnya
masuk dalam wilayah kecamatan Wawo. Orang-orang Bima sering menyebut
dengan nama Wawo Tengah. Sambori dan desa-desa di sekitarnya terletak di
ketinggian 700 Meter di atas permukaan laut. Memandang Sambori dari
kejauhan seperti negeri yang menggantung menyelinap dalam awan dan
kabut. Dibalut keluguan dan keramahan warganya, Sambori adalah pelepas
rindu akan nyanyian alam yang syahdu bersahaja.
Desa Sambori berbatasan dengan Desa Renda kecamatan Belo Kabupaten
Bima di sebelah barat,dan hutan tutupan Arambolo di sebelah timur. Di
sebelah utara berbatasan dengan desa Teta sebagai ibukota kecamatan
Lambitu, dan di sebelah utara bersebelahan dengan desa Kawuwu kecamatan
Langgudu. Desa Sambori terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Lambitu yang
dihuni 222 Kepala Keluarga dan Sambori Bawah (Dusun Lengge) yang dihuni
930 Jiwa serta 223 Kepala Keluarga.
Sebagai daerah puncak yang berjarak sekitar 44,3 KM, Sambori
potensial untuk pengembangan tanaman Bawang Putih, Jeruk , Alphokat,
Rambutan, Mangga, Pisang, Sawo, Jambu Batu serta tanaman lainnya.Di
lereng Sambori terdapat 275 pohon Jeruk, 300 pohon Alpukat, 450 pohon
Mangga, 300 pohon kelapa, 200 pohon pinang serta aneka pepohonan
lainnya.
Di sector peternakan, kawasan Sambori sejak dulu memang telah dikenal
sebagai areal pengembalan ternak seperti kuda, kerba, Sapi dan Unggas.
Namun yang paling dominan digeluti warga Sambori dan sekitarnya adalah
tanaman padi dan Bawang Putih serta ternak Kerbau, Sapi, kambing dan
jenis unggas. Berternak memang telah menjadi tradisi turun temurun warga
Sambori dan sekitarnya. Hal itu dibuktikan dengan prototype Uma Lengge
yang di lantai dasarnya memang diperuntukkan untuk penyimpanan dan
pemeliharaan ternak.
Desa Sambori memiliki luas sekitar 1.802 Ha atau sekitar 33,58 % dari
luas wilayah kecamatan Lambitu. Sekitar 1.260 Ha adalah lahan Sawah dan
tegalan.Sisanya diperuntukkan untuk pemukiman dan prasarana umum,
perkebunan rakyat dan kawasan lindung seluas 736 Ha.Topografi wilayah
Sambori dan sekitarnya berbukit-bukit dan datar yang menyebar di
sepanjang lereng Gunung Lambitu. Suhu udara di Sambori rata-rata antara
20 hingga 25 C.
Berdasarkan Sensus Penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima
Tahun 2010, Jumlah penduduk desa Sambori sebanyak 1786 jiwa dengan
jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 895 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 891 Jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 440 KK yang mayoritas
bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Ladang Pengembangan Apotik Hidup
Berada di ketinggian 500 sampai 700 Meter Di atas permukaan Laut,
Sambori dan Sekitarnya sangat cocok untuk budidaya tanaman-tanaman obat
seperti Jahe, Kunyit, Lengkuas, Mengkudu, Temulawak, Kumis Kucing,
Kencur, Bangle, Tempuyang dan lain-lain. Tanaman ini disamping tumbuh
secara liar di pegunungan Lambitu, juga diupayakan dan dikembangkbiakkan
oleh masyarakat. Yang paling banyak dikembangkan warga disamping bawang
putih dan padi adalah Kunyit dan Tempuyang.
Sejak dulu, orang-orang Sambori memang terkenal sebagai penjual
Kunyit dan Tempuyang bahkan sampai di kota Bima dan Dompu. Sekitar 20
Hektar lahan tegalan di Sambori dimanfaatkan warga untuk menanam kunyit.
Ada juga sekitar 7 Hektar lahan yang dimanfaatkan untuk menanam
Tempuyang. Proses produksi dan pemasaran warga Sambori terhadap tanaman
obat ini masih sangat sederhana dan tradisional yaitu dengan menjajakan
dari kampung ke kampung, disamping dimanfaatkan untuk kebutuhan
pribadi.
Di Ambil Dari :
http://sarangge.wordpress.com
Sabtu, 30 Juni 2012
0 Sambori, Negeri Di Awan
Diposting oleh
Farah PinkQueenZa
di
00.19
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar